Featured

Kunjungi Uighur, Xi Jinping: Islam di Cina Berdasar Sosialis

OLE, Xinjiang – Tepuk tangan warga muslim Uighur mengiringi langkah Presiden Cina, Xi Jinping, saat mengunjungi wilayah otonomi Xinjiang, pekan lalu.

Laporan itu dirilis lembaga penyiaran negara CCTV pada Jumat malam dalam berita berdurasi 34 menit.

Sebuah foto juga dirilis kantor berita resmi Xinhua memperlihatkan Xi Jinping berjalan tanpa mengenakan masker, dikelilingi penduduk Uighur yang mengenakan baju tradisional dan peci.

Xinjiang adalah wilayah dimana jutaan etnis minoritas Muslim Uighur tinggal di barat laut Cina. Ini merupakan lawatan pertama Jinping sejak 8 tahun lalu, saat dunia mengkritik Cina habis-habisan.

Mereka mengungkap kasus pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis Uighur, terutama soal kebebasan beragama, hingga penahanan massal.

Selama 4 hari mulai Selasa (12-16 Juli), presiden mengunjungi sejumlah situs di Xinjiang. Di antaranya perkebunan kapas (tempat mempekerjakan orang Uighur secara paksa), zona perdagangan, dan museum.

Dalam lawatannya, Xi Jinping mendesak pejabat Xinjiang untuk selalu mendengarkan suara rakyat demi memenangkan hati mereka dan membuat mereka bersatu.

Meski begitu, presiden juga tetap menekankan, langkah-langkah keamanan demi menjaga stabilitas sosial, harus dilakukan secara terukur.

Dilansir Reuters, CCTV juga mengutip Xi Jinping yang mengatakan bahwa praktik agama Islam di Cina harus seusai dengan sensitivitas nilai Tiongkok. Ia juga mendorong Xinjiang mempersiapkan tim perwakilan agama yang “dapat diandalkan secara politik”.

Para pejabat Cina terutama di Xinjiang perlu meningkatkan upaya menegakkan prinsip bahwa Islam harus berorientasi Cina.

Selain itu, semua agama di Cina, termasuk Islam, juga harus beradaptasi dengan masyarakat sosialis yang dianut oleh Partai Komunis Cina.

“Kita harus lebih menjunjung tinggi prinsip pengembangan Islam dalam konteks Cina dan memberikan bimbingan aktif untuk adaptasi agama ke masyarakat sosialis,” paparnya.

Selain itu, negara harus membina sekelompok peneliti agama yang memiliki pendirian politik yang kuat dan prestasi akademik, berpegang pada pandangan Marxis tentang agama, dan pandai dalam mengembangkan inovasi,” kata Xi Jinping seperti dikutip Xinhua.

Pada 2018, laporan kelompok pemerhati HAM dunia menuding China telah menempatkan setidaknya 1 juta warga Uighur dalam kamp penahanan ala kamp konsentrasi.

Di kamp tersebut, pemerintah Cina dituduh mendoktrin para etnis Uighur soal Partai Komunis dan sosialis di Cina. Mereka juga dilarang melakukan aktivitas agama.

Cina awalnya menyangkal keberadaan kamp, kemudian mengatakan “penampungan” itu didirikan sebagai “pusat pelatihan pendidikan vokasi lengkap dengan asrama di mana orang dapat “secara sukarela” memeriksakan diri dan belajar tentang hukum, bahasa Cina, dan keterampilan kejuruan.

Cina mengklaim, pada 2019 semua peserta pelatihan kamp tersebut telah “lulus”.

“Inti dari perjalanan Xi ke Xinjiang adalah untuk melihat hasil dari kebijakan dalam beberapa tahun terakhir untuk menstabilkan Xinjiang. Untuk menyimpulkan, bahwa pendekatan dan strateginya untuk Xinjiang berhasil,” kata Li Mingjiang, profesor di Sekolah Studi Internasional Rajaratnam di Singapura.

Perjalanan tersebut menandai penampilan publik pertama Xi Jinping sejak ia mengunjungi Hong Kong peringatan 25 tahun kekuasaan Cina atas bekas jajahan Inggris itu (1/7/2022).

Lawatan ke Hong Kong berlangsung saat wilayah otonomi itu sarat rangkaian demonstrasi menuntut demokrasi dalam beberapa tahun terakhir

Lawatan Xi Jinping terakhir ke Xinjiang terjadi pada 2014, ketika ia menyerukan “perjuangan habis-habisan melawan terorisme, infiltrasi, dan separatisme”, menurut New York Times.

Otoritas setempat kemudian meningkatkan upaya untuk melacak, mengontrol, dan mendidik kembali orang-orang Uyghur.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top