Indonesia Today

Mobil Esemka, Yakin Kebanggaan Anak Bangsa?

OLE – Seusai mobil Esemka diresmikan Presiden Joko Widodo, Sabtu (6/9/2019) di Boyolali, Jawa Tengah, jejaring media sosial diramaian foto-foto perbandingan Esemka Bima dengan Changan, mobil Cina yang desainnya mirip atau justru persis. Pencitraan lagi?

Sejak “kelahirannya” pada 2007 oleh anak-anak sekolah kejuruan, yakni SMK Warga Surakarta, SMK 1 Singosari Malang, dan SMK Muhammadiyah 2 Borobudur (di bawah arahan Sukiat dari Bengkel Kiat Motor), Esemka sarat kontroversi. Joko Widodo alias Jokowi dianggap memakai mobil itu sebagai modal pencitraan, untuk maju menjadi Gubernur DKI Jakarta. Mobil Esemka Jokowi, mirip dengan mobil Cina, Foday. Toh nyatanya, Jokowi berhasil.

Selepas memenangi Pilkada DKI, Esemka menghilang. Popularitasnya naik lagi menjelang Pilpres 2014. Jokowi bilang, Esemka akan jadi mobil nasional. Berhasil lagi, Jokowi jadi presiden. Setelah itu, bau Esemka menguap. Berulang pada Pilpres 2019, nama Esemka berkibar lagi. Dalam Pilpres sarat kontroversi, Jokowi yang hanya menang di 5 provinsi, jadi presiden lagi.

Kali ini Esemka unjuk gigi kembali, dan tampaknya mulai serius. Jokowi meresmikan pabrik Esemka di bawah bendera PT Solo Manufaktur Kreasi. Dua model model mobil pikap diluncurkan, masing-masing bernama Bima 1.2 dan Bima 1.3.

Mobil-mobil tersebut diproduksi di fasilitas perakitan seluas 12.500 ribu meter persegi dan dibangun di atas lahan 115 ribu meter persegi di Desa Demangan, Kecamatan Kosambi, Boyolali.
Dari data uji tipe Kementerian Perhubungan, diketahui Esemka juga punya pernah mendaftarkan model lain, yakni Niaga 1.000 cc, Digdaya 2.000 cc, Borneo 2.700 cc, dan Garuda 1.

Mobil dengan banderol sekitar Rp 110 jutaan ini diklaim sebagai buah karya anak bangsa. Bangsa Indonesia, bukan Cina. Eddy Wirajaya, Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi, menegaskan, “Produk mobil Esemka asli buatan lokal, alias bukan ganti merek dari perusahaan mobil manapun di dunia.”

Nilai investasinya Rp 600 miliar dengan kapasitas produksi 18 ribu unit setahun. Di sana terdapat berbagai proses produksi, seperti perakitan kendaraan, pengecetan, sampai pengetesan. Pabrik siap memproduksi sedikitnya 3.500 kendaraan Esemka Bima pada tahun pertama.

Pernyataan Eddy agak beda dengan Airlangga Hartarto, Mentri Perindustrian. Menurut Airlangga, PT SMK telah memiliki Tanda Pendaftaran Tipe (TPT) yang diterbitkan kementriannya untuk enam jenis kendaraan roda empat, untuk komersial dan penumpang.

“Memang ada kerja sama antara Changan Star Truck dengan produsen Esemka Jadi sudah biasa multiple platform. Mercedes di Korea jadinya Ssangyong. Tak bisa dibilang Ssangyong jiplak.,” jelas Airlangga.
Empat tipe Esemka di antaranya berupa kendaraan komersial pikap single cabin (Bima), tipe penumpang double cabin bernama Digdaya. Satu tipe lagi kendaraan penumpang minivan dengan nama Borneo.

Jikowi sendiri mencoba Bima secara langsung. “Saya tidak akan memaksa untuk membeli, tetapi setelah saya coba, bagus. Wajib kita beli. Kalau beli barang dari produk lain ya kebangetan, apalagi impor,” ujar Jokowi. “Saya mendukung pengembangan industri otomotif nasional. Mendukung merek lokal.”

Esemka pun dikritik publik karena berbentuk mobil pikap, bukan sport utility vehicle (SUV) yang pernah dipakai kampanye Jokowi. Kemiripan pikap Esemka dengan merek Changan Star Truck dari Cina, juga disorot. Kolombia juga memakai Changan, tapi pemerintahnya blak-blakan mengakuinya. Tak pakai ganti merek segala.

Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon, menyindir Esemka seharusnya dijadikan mobil dinas kepresidenan. “Ganti dong dengan mobil Esemka yang dibanggakan,” sentil Fadli. “Posisi Jokowi serba salah terkait Esemka. Sebab janji mewujudkan mobil nasional terlampau tinggi. Ini pelajaran berharga buat kita mengukur kemampuan sendiri,” komentar Siti Zuhro, Peneliti politik LIPI.

Siti menilai Esemka memang taktik jitu Jokowi saat maju di DKI. Namun program itu jadi bumerang di kemudian hari karena sulit diwujudkan, baik dari segi politik ataupun bisnis. Beginilah liku-liku mobil kebangaan anak bangsa. Maksudnya bangsa Indonesia atau Cina? (AL/SN)

KRONOLOGI “KELAHIRAN” ESEMKA
1. Tahun 2007, siswa SMK di Surakarta “membuat” mobil Esemka di bawah arahan Sukiat, pemilik bengkel Kiat Motor, bermitra dengan banyak perusahaan otomotif seperti PT Autocar Industri Komponen.
2. Tahun 2010, didirikanlah PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) bekerja sama dengan pabrik asal China, Guangdong Foday Automobile (GFA), untuk meluncurkan dua mobil tipe Rajawali dan Bima.
3. Tahun 2012, popularitas Esemka semakin dikenal ketika Walikota dan Wakil Walikota Solo, waktu itu Joko Widodo dan Hadi Rudyatma memakai Esemka sebagai kendaraan dinas, tapi belum dioperasikan karena belum ada sertifikat uji kelaikan jalan dari Kemenhub, seperti uji emisi.
4. Tahun 2013, seusai aat lolos uji emisi keenam, PT SMK mulai memproduksi mobil secara missal hingga 7.000 unit yang dipesan dari seluruh Indonesia. Tapi faktanya, Esemka jarang, bahkan tak pernah terlihat mengaspal di jalanan.
5. Tahun 2015, SMK bekerjasama dengan perusahaan Mantan Kepala BIN, AM Hendropriyono, PT Adiperkasa Citra Lestari. Selanjutnya PT SMK bergabung ke dalam perusahaan Hendro, membetuk PT Adiperkasa Citra Esemka Hero (ACEH).
6. Tahun 2016, dua pabrik Esemka dibangun di Cileungsi, Bogor, dan di Desa Demangan, Sambi, Boyolali.
7. Tahun 2017, tiga tipe mobil Esemka terlihat beredar di beberapa jalanan kota Solo. Tiga tipe itu adalah Esemka Digdaya, Esemka Bima, dan Esemka Borneo.
8. Tahun 2018, dikutip dari Tempo, pabrik yang di Cileungsi justru tidak beroperasi. Warga di sekitar menyebutkan nyaris tak ada kegiatan apapun. Sepi. Di halaman pabrik terparkir banyak mobil Geely, buatan Cina.
9. Tahun 2019, Jokowi resmikan pabrik Esemka, tepatnya pada 6 September di Boyolali, yang segera disambut netizen dengan foto-foto kemiripan dengan mobil Cina.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top