BOLA

Naturalisasi PSSI Sukses, Media Inggris dan Koemann Beda Sikap

London, OLE – Suksesnya pelaksanaan program naturalisasi pemain Eropa oleh PSSI di timnas Indonesia menarik perhatian banyak pihak. Di Asia tenggara, sudah pasti. Di Eropa, ternyata cara menyikapi hal itu tidak sama. Media Inggris dan pelatih Timnas Belanda, Ronald Koeman, berbeda pandangan.

Prestasi tim Garuda menembus putaran ke-3 Kualifikasi Piala Dunia 2026, mengundang perhatian dunia. Terlebih, tim Merah Putih sanggup menahan dua tim raksasa yang juga langganan Piala Dunia, Arab Saudi dan Australia, pada 2 laga pertama.

Itu jelas tak terlepas dari kontribusi pemain naturalisasi yang dibesarkan sepak bola Eropa. Dalam kacamata media Inggris, The Athletic, para pemain yang dinaturalisasi sebenarnya bukan pemain top Eropa.

5 Liga Top Eropa

Dari sederet pemain blasteran, hanya Jay Idzes (Venezia FC) dan Justin Hubner (Wolverhampton) yang merumput di Liga Italia dan Inggris. Tapi pemain lain beredar di luar 5 liga top Eropa misalnya di Liga Belanda, Belgia, atau Amerika Serikat. Itu bukanlah eselon tertinggi dalam olahraga ini.

Skuad yang dibentuk dari diaspora Indonesia tersebut nyatanya cukup untuk membuat repot negara tradisional Asia, termasuk Korea Selatan serta tentu saja Thaland dan Vietnam dalam level di bawahnya. ” Indonesia mengubah pemain tak dikenal, menjadi superstar yang dikagumi,” demikian judul artikel The Athletic.

Caoimhe O’Neill, jurnalis yang menulis artikel tersebut, mencontohkan Maarten Paes. “Maarten adalah kiper starter untuk FC Dallas di MLS, tetapi dia bisa berjalan tanpa dikenal di jalanan sibuk Dallas, Texas,” tulisnya.

“Tapi itu tidak akan terjadi di Indonesia atau di dunia daring. Seperti rekan setimnya di timnas Indonesia, Paes selalu dikerumini saat ia mengunjungi negara itu dan punya pengikut masif di media sosial. Jauh lebih besar dari pemain biasanya, yang tidak termasuk eselon tertinggi sepak bola.”

The Athletic membandingkan jumlah followers pemain timnas Indonesia dengan timnas Amerika Serikat yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026. Sebagai catatan, Amerika Serikat punya jumlah penduduk lebih banyak dibanding Indonesia.

“Starting XI Indonesia saat melawan Australia mempunyai pengikut Instagram mencapai 26,9 juta,” tulis The Athletic. “Sebagai perbandingan, timnas Amerika Serikat saat melawan Selandia Baru punya pengikut hanya 1,4 juta!”

Memang, jumlah pengikut ini tak akan membawa timnas Indonesia menuju Piala Dunia 2026 Amerika Serikat, namun “perhatian besar” di dunia maya itu, pelan tapi pasti akan mengangkat performa tim di lapangan. Sejauh ini, pelatih Indonesia asal Korsel, Shin Tae-yong (STY), bisa membangun optimisme untuk menembus ajang tersebut.

Tak Lagi Remehkan ASEAN

STY sendiri, bersikap positif. Ia bahkan tak segan mengkritik timnas Korea Selatan yang perkembangannya stagnan akhir-akhir ini. Ia performa tim Ksatria Taeguk stagnan. Bahkan untuk melawan negara-negara Asia Tenggara saja, Taeguk Warriors kerap kesulitan. Contohnya di Piala Asia U-23 2024, Korea kalah di perempat final dari timnas U-23 Indonesia yang ia asuh.

Kemudian di Piala Asia 2023, Korea Selatan juga ditahan imbang Malaysia 3-3. Lalu saat Kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran kedua pada Maret 2024, Korea bisa ditahan Thailand padahal bermain di Seoul. Melihat lagi laga kontra Korea di Piala Asia U-23 2024, STY mengaku perasaannya campur aduk.

“Korea adalah negara saya, tetapi saya coba bermain se-fair mungkin. Saya tidak punya perasaan khusus karena saya mencoba melakukan yang terbaik di posisi saya. Saya minta maaf kita bertemu Korea di perempat final dan membuat mereka gagal lolos 10 kali berturut-turut ke Olimpiade,” kata STY di Isplus.

Jika bertemu Korea kembali, atau berhadapan di level senior, STY yakin timnas Indonesia mampu meladeninya. Ia berani menjamin, era Korea meremehkan ASEAN kini sudah berakhir. Ia tak mau membahas dikotomi pemain local dan naturalisasi.

Koemann Dibantah Verdonk

Pandangan Ronald Koeman lain lagi. Eks bek legendaries Barcelona dan tim Oranye itu dengan keras mengkritik kebijakan program naturalisasi Indonesia. Ia bahkan membuat perumpaan yang bisa membuat panas pecinta sepak bola Tanah Air.

“Indonesia seperti punya akademi di Belanda. Lalu mereka dating dan tinggal memilih pemain-pemain yang mau membela timnasnya. Itu mudah sekali,” ujar Koeman di Voetbal International. Ia menyentik soal faktor popularitas ikut terlibat di dalamnya.

Netizen banyak yang menyebut, ucapan itu keluar dari mulutnya karena ada beberapa pemain yang sebenarnya masih masuk dalam rada Koemann, ternyata mau berganti warga Negara demi membela Indonesia. Yang terpanas adalah Mees Hilgers, bek muda Twente yang baru saja sukses menahan Manchester United di Old Trafford.

Bahkan boleh dibilang, banyak pemain yang usianya masih muda, ternyata mau membela Indonesia, selain tentu saja mereka yang telah senior dan sedang dalam usia prestasi. Hars diakui, perhatian luar biasa fan bola Indonesia, jadi pertimbangan. Pengikut mereka di akun medsos rata-rata melonjak, bahkan mengalahkan klub!

Namun banyak juga yang mau membela Indonesia karena memang punya darah keturunan dari orangtua atau kakek-neneknya. Itu sesuai aturan FIFA. Calvin Verdonk dan Ragnar Oratmangun, bahkan tergolong fanatik.

“Saya punya darah Indonesia dari ayah yang berasal dari Aceh, dan saya ingin membela Indonesia karena ingin mencari ayah saya. Setelah tsunami, hubungan kami dengan ayah terputus. Semoga dia melihat saya main di timnas an mencari saya,” aku Verdonk.

Pengakuan ini tentu mematahkan pandangan Koemann, yang menilai pemain diaspora hanya mengejar polularitas.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top