Indonesia Today

Nyantri di Al Azka, Jaga Spirit Walau Ada Covid

Ponpes Al Azka, memperluas lahan agar bisa menampung lebih banyak santri.

OLE – Masa pandemi Covid 19 berimbas ke semua sektor. Tak terkecuali pendidikan. Pondok Pesantren Al Azka yang bermarkas di Cisauk, Kabupaten Tangerang, salah satunya. Tekanan lebih berat memang dirasakan, tapi spirit untuk maju tetap dikedepankan.

“Tentu saja kami ikut kena imbas. Ada beberapa santri yang sudah mendaftar, tiba-tiba mengundurkan diri setelah kasus Covid 19 makin meluas,” aku  M. Iqbal, Ketua Harian ponpes yang bernaung di bawah Yayasan Al Azka Kamila Indonesia tersebut.

Para santri, menjaga standar kebersihan ponpes.

Apalagi spirit mulia senantiasa ditiupkan sang pendiri pesantren, KH Abdul Aziz Mudzakir Al Hafizh. “Luruskan niat, tanamkan Al Qur’an di dada. Jika seluruh usaha ditujukan sebagai ibadah serta jihad di jalan Allah, niscaya kita akan menemukan kunci kesuksesan,” ujarnya memberi wejangan.

Awalnya, pada 2012 pesantren Al Azka hanya merupakan komunitas kecil di Perumahan Puri Permata Blok C2, Cipondoh, Kota Tangerang. Rumah Qur’an dengan santri berjumlah cuma tujuh anak itu, kemudian berkembang dua kali lipat, dengan memanfaatkan dua rumah sebagai markas.  

Pada 2015, pengelola memberanikan diri pindah ke Cisauk, dengan modal rumah di atas lahan 250 m2, untuk kobong alias kamar-kamar bagi 50 santri. Kini, dengan total sekitar 140 santri dan 40 pengajar serta kru pendukung, ponpes ini menempati lahan 2.500 m2.

Ponpes Al Azka, berkembang melalui berbagai tantangan.

“Mohon doanya, kami segera membebaskan lahan seluas 1.800 m2, agar pesantren bisa menampung lebih banyak santri. Ini tantangan, soalnya kami berada di kawasan perumahan, tentu dengan harga tanah mengikuti standar perumahan,” komentar Ketua Yayasan Al Azka Kamila Indonesia, KH Mas’udin Arasy kepada Sigit Nugroho dari OLE, Kamis (25/6/2020).

Mereka menerapkan sistem belajar khas pendidikan Islam, full day atau mondok di dalam pesantren. Kalau pakai kombinasi santri boleh pulang, hasilnya tidak akan maksimal. Terlebih untuk hafalan Al Qur’an, terlalu banyak godaan.

Selain hafal kitab, santri wajib bagus dalam akhlak.

Ada beberapa program unggulan Al Azka, di antaranya hafalan 30 juz, dwi bahasa Inggris Arab (percakapan), juga pidato (muhadharah) pada siang hari, akhlak (penerapan harian), character building, juga public speaking.

Dua Ijazah

Jika lulus, santri mendapatkan sertifikat dari pesantren terkait pelajaran hafalan Al Qur’an, serta ijazah resmi dari Depdikbud. Ponpes itu telah terakreditasi dengan jalur SDTQ dan SMPTQ.

Bekal untuk menapak ke jenjang di atasnya pun sudah disiapkan. Misalnya, sejak dini, santri diajarkan cara bagaimana memilih pemimpin, seperti ketua OSIS. 

Pemilihan Ketua OSIS, pelajaran menentukan pemimpin.

Dengan beragam ilmu yang diterima santri, tentu ada biaya yang harus dikeluarkan. Masuk pertama kali, sekurangnya orangtua santri membayar sekitar Rp 13 juta untuk syahriah (SPP bulan pertama), perlengkapan, seragam, kegiatan dan buku, serta infaq pembagunan.

SPP per bulan sendiri senilai Rp 1,4 juta yang di dalamnya sudah termasuk biaya makan, mondok, laundry dan kebutuhan lain. Tentu tidak semua orangtua santri mampu membayar sebesar itu.

“Bagi santri yang punya hafalan bagus, niat nyantri-nya tinggi, kami buka program Gotas alias Gerakan Orangtua Asuh,” jelas KH Mas’udin Arasy.

Di awal pesantren buka, yang memerlukan Gotas jauh lebih banyak. Maklum, mereka dalam fase mencari santri. Kini perbandingan santri berbiaya mandiri (bayar penuh) dengan santri dengan biaya Gotas, sekitar 70 berbanding 30 persen. Saat pandemi Covid 19, yang mengajukan dana Gotas juga meningkat.

Baca Juga: https://ole.co.id/pendidikan-jarak-jauh-role-model-rakyat-5-0/

Meskipun kelak akan ada pembatasan agar seimbang, saat ini pihak pesantren masih bisa mengendalikan kebutuhan santri dengan dana Gotas.

Selain subsidi dari orangtua asuh, pihak yayasan dengan core bisnis klinik kesehatan, kosmetik, dan parfum, juga mengalokasikan bantuan.

Yang melegakan, sebaran santri saat ini lebih merata. Didominasi siswa didik asal Jabodetabek, santri ponpes Al Azka juga ada yang datang dari Surabaya, Brebes, Cirebon, juga Lampung.

“Dalam kepesantrenan, program unggulan, sanad perguruan, faktor kenal dan percaya pada pimpinan pesantren, juga pegang pengaruh,” imbuh M. Iqbal.

Terlebih pesantren ini juga tidak gagap media. Mereka punya akun di berbagai media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, Youtube, serta website sendiri.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top