Jakarta, OLE – Ketua Aliansi Pecinta Sepakbola DKI Jakarta (APSJ), Rinto Setiawan, melihat ada indikasi dari Pelaksana Tugas (PLT) Asprov PSSI DKI Jakarta dan ststus quo untuk memaksakan calonnya agar memimpin sepak bola ibukota 4 tahun ke depan.
“Tampak sekali PLT dan status quo punya ambisi. Meski kalah suara, mereka ngotot dan menghalalkan segala cara,” ujar Rinto. “Sepak bola kan menjunjung tinggi sportivitas. Jangan mentang-mentang berkuasa, lalu mengabaikan sportivitas.”
Indikasinya jelas. PLT yang dijabat Haruna Sumitro (Esco PSSI), selalu mengelak tiap kali ditanya kapan menggelar Kongres Luar Biasa. Haruna sendiri sempat mengelak dia jadi PLT, meski dibenarkan Sekjen Yunus Nusi, saat diminta konfirmasi.
“Alasannya selalu, menunggu arahan PSSI. Lah, kan dia orang yang ditunjuk PSSI,” lanjut Rinto, yang pernah menjadi manajer Persitara ini.
Setelah pihaknya melakukan kroscek ke petinggi PSSI, ternyata tidak ada arahan seperti dikatakan Haruna.
Sumber dari dalam justru menyebut, Haruna ingin mendorong seorang Exco PSSI Pusat untuk jadi Ketua Asprov PSSI DKI, menggantikan Ketua lama, Uden Kusuma Wijaya.
Uden selaku ketua, maupun ketiga Esco Asprov PSSI DKI termasuk Jaelani Saputra dan Benny Erwin, tidak membuat Laporan keuangan. Laporan sponsorship juga kacau. PON pun tak ikut karena tersisih padahal dana sangat cukup.
“Masa sudah begitu mau dipaksakan memimpin lagi? Yang fundamental, mereka jelas-jelas tidak didukung voters,” lanjut Rinto.
Dari Kongres Biasa Asprov PSSI DKI di Hotel Peninsula, 29 April 2022, mekanisme KLB sudah disusun dan disepakati. Misalnya, jadwal KLB dan memilih Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP).
Abaikan Dukungan Voters
Dalam perjalanan, dari 30 suara, 21 klub dan Askot memberikan suara ke Syahrial, anggota DPRD. Secara jumlah sudah lebih dari 2/3. Nyatanya, PLT mengabaikan.
“Malah dari bocoran yang saya terima, KP dan KBP yang sudah bekerja sesuai Statuta PSSI, akan dibubarkan, diganti yang baru. Tujuannya, menggugurkan Pak Syahrial, dan memuluskan jagonya,” papar Rinto.
KP dan KBP padahal dipilih secara legal, disaksikan oleh Niko Panjaitan, legal PSSI pusat. Setelah diketuk palu, hasil pun dilaporkan ke PSSI Pusat.
Rinto merasa peduli sebab di bawah pengelolaan status quo, sepak bola DKI terbukti berantakan. Ia tak mau bencana itu terulang untuk 4 tahun ke depan.
“Ini concern saya. Seusai diskusi dengan voters seperti Pak Taufik, Pak Erwin dan Pak Erick, kami siap menggeruduk kantor PSSI secepatnya Senin atau Selasa. Seluruh voters ikut. Biar Pak Iwan Bule tahu kekacauan ini,” lanjut Rinto.
Ia menyayangkan sikap PLT, sebab Ketua Umum PSSI sendiri tengah bekerja keras mengangkat citra sepak bola Indonesia.
“Pesan pertama dari presiden adalah agar sepakbola kita berbunyi nyaring. Maksudnya didengar negara lain melalui prestasi sepak bola,” kata Mochamad Iriawan.