Jakarta, OLE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan, Prabowo-Gibran akan menang, PSI yang dipimpin anaknya, Kaesang Pangarep) akan masuk parlemen, dan suara PDIP akan turun di Pemilu. Itulah 3 hal yang diucapkan Jokowi, yang dibocorkan mantan Gubernur Lemhannas, Andi Widjajanto.
Sebelumnya Andi dikenal sebagai “orang Jokowi” sejak lama, hingga ia dilantik jadi Gubernur Lemhanas. Ia juga pernah menjadi Deputi Tim Transisi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (JK) setelah Pilpres 2014. Selain itu, Andi juga pernah menjabat Sekretaris Kabinet.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, Andi kini menjabat Deputi Politik 5.0 TPN Ganjar-Mahfud. Dalam podcast Political Show dengan CNN, Andi bercerita, dua hari sebelum putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, dideklarasikan sebagai cawapres Prabowo, ia dan beberapa orang lain dipanggil oleh Jokowi.
“Saat itu Pak Jokowi menyampaikan 3 hal. Pertama, Prabowo-Gibran akan menang, lalu PSI akan masuk parlemen, dan ketiga, suara PDIP akan turun di Pemilu. Itu yang dinyatakan oleh Pak Jokowi,” kata Andi.
“Kalian hebat kalau nanti bisa mengalahkan saya,” kata Andi menirukan pernyataan Jokowi terkait Pemilu 2024. Jokowi memastikan hal itu sebab KPU, Bawaslu, TNI, Polri dan institusi hukum berada di bawah kendali dia dan pimpin loyalis Jokowi.
Andi mengaku tidak terlalu mempermasalahkan pernyataan Jokowi soal Prabowo akan menang dan PSI masuk parlemen. Namun, ia mempermasalahkan pernyataan Jokowi soal suara PDIP akan turun
Masalahkan PDIP Turun
“Saya nomor satunya Prabowo menang saya enggak terlalu masalah, serius saya enggak terlalu masalah. PSI masuk parlemen, saya juga nggak terlalu masalah. Tapi ketika Pak Jokowi mengatakan suara PDI Perjuangan turun, di situ saya masalah,” katanya.
Menurut Andi, pernyataan itu bermasalah lantaran Jokowi masih berstatus kader PDIP. Andi mengaku hanya diam saat mendengar pernyataan Jokowi itu. “Saya mengatakan, loh Bapak masih kader, dalam hati ya. Masih kader, kenapa kemudian membuat rencana untuk menurunkan suara partai sendiri? Saat itu saya diam, mendengar, selesai. Saya pulang, cenderung tidak mengatakan apa-apa,” akunya.
Begitu pernyataan Jokowi ini bocor, biasanya akan segera ada reaksi. Baik berupa tekanan langsung, atau seperti para menteri-menterinya Jokowi yang terancam didatangi KPK. Di era Jokowi, sudah bukan rahasia lagi, KPK menjadi instrumen pemaksa orang yang kontra, agar berubah menjadi pendukung.
Contohnya Airlangga Hartarto Menko Perekonomian dari Golkar dan Zulkifli Hasan Menperin dari Partai Amanat Nasional. Kedunya punya masalah hukum, yang rawan diusut KPK. Apakah KPK atau istrumen penekan berbasis pemerintah lain, akan mencari celah kesalahan Andi? Kita nanti saja.
Yang pasti, eks Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, pernah diincar KPK dengan subjek gelaran Formula E dan pembangunan Jakarta International Stadium (JIS). Namun karena Anies bersih, ia lolos dari jerat KPK. Kini, pasangan Anies, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, dikorek masa lalunya.
Dicegat di MK
Salah satunya dugaan suap yang dikenal dengan uang dalam kardus duren tahun 2016, yang sudah usang. “Melihat massa 01 kian mengerikan jumlahnya, apapun dikorek, bahkan dengan cara yang tidak masuk akal sekalipun. Presiden juga tidak netral, pakai anggaran negara untuk kampanye anaknya. Kalau fair, yang bermasalah dengan hukum itu Jokowi,” komentar Ridwan Fadillah, relawan AMIN.
“Rute kecurangan sudah paham kita. Nanti KPU bikin 02 menang 1 putaran meski telah tergambar, massa AMIN membludak. Lihat saja di JIS besok, bandingkan dengan kampanye 02 di GBK. Nah, saat tim 01 dan 03 protes ke MK, orang-orang Jokowi sudah siap mencegat. Tapi Nasdem dulu kan bagian dari mereka, pahamlah,” imbuh M. Imam, relawan Ganjar-Mahfud dari Semarang.
Sikap Jokowi telah memancing 59 kampus menyuarakan keprihatinan. Masiswa pun kemarin siang hingga petang bergerak di ibu kota, merobek poster dan baliho Prabowo-Gibran. Kesabaran mereka seperti telah habis. Potensi kecurangan Pemilu sangat besar, begitu pula potensi kerusuhan seperti era 1998 era Presiden Soeharto.