OLE – Sebanyak 26 perwakilan provinsi se Indonesia mendeklarasikan Gerakan Sepakbola Wanita Indonesia (GSWI) di Hotel Pakons, Kota Tangerang, pada Ahad, 6 Juni 2021.
Mereka juga sepakat mengangkat Bupati Barito Utara, H. Nadalsyah, sebagai ketua umum GSWI. Nadalsyah dinilai sukses mengangkat prestasi sepakbola putri Kalteng di tingkat nasional.
Deklarasi itu dihadiri Ketua Umum Asosiasi Sepakbola Wanita Indonesia, Papat Yunisal (mewakili PSSI), pemain nasional Riska Julianti dan Ade Mustikiana. Hadir juga perwakilan pemain-pemain putri dari tuan rumah, Tangerang.
Nadalsyah sendiri merasa terhormat dan bangga, telah diminta untuk memimpin GSWI. Namun demikian Nadalsyah menyatakan tidak mau hanya sekadar menempelkan nama. Dia ingin serius berkontribusi agar sepakbola putri bisa mengharumkan nama Indonesia.
“Tentu tidak mudah, karena ada harapan besar di dalamnya. Saya optimistis, dengan dukungan pengurus dan anggota, semoga kita berkontribusi untuk sepakbola Indonesia,” ujarnya.
Perjalanan GSWI sendiri tidak langsung mulus. Para pembina dan pelaku sepakbola putri telah beberapa kali bertemu. Namun pertemuan di Bandung dan Yogyakarta, serta serta virtual meetin, belum berhasil mewujudkan organisasi tersebut.
“Benar begitu. Berkali-kali kumpul, mentah terus. Alhamdulillah impian kami akhirnya terwujud. Saya terharu, semoga GSWI bisa memberi sumbangsih untuk Indonesia,” ujar Feri Riski Yantoro, perwakilan Jawa Timur.
Sesuai rencana, dalam kegiatan perdana tahun ini, GSWI akan menggelar kompetisi antar-provinsi. “Saya usulkan, laga semifinal dan final dihelat di Barito Utara,” kata Nadalsyah.
Mewakili PSSI, Papat Yunisal menyambut baik kehadiran GSWI. Ia ingin GSWI bisa bersinergi dengan PSSI. Papat juga mengingatkan, agar para pembina tidak hanya fokus melahirkan pemain nasional.
Prestasi dan Sosial
“Ada target lain dalam sepakbola wanita. Misalnya, ada yang main bola untuk mengendalikan pergaulan di luar yang negatif seperti pacaran bebas, merokok dll,” imbuh Papat.
Jadi fungsi prestasi dan fungsi sosial bisa berjalan beriringan. Janda Alm Zulkarnaen Luibis itu berharap, sepakbola wanita juga bisa menekan terjadinya pernikahan terlalu dini.
“Kami bekerja sama dengan NGO dari Jerman pernah melakukan penelitian. Di NTT bahkan ada gadis usia 13 tahun sudah menggendong anaknya!” lanjut Papat.
Karena itu, liga U14 hingga U23 yang digagas GSWI bisa menjadi saluran yang baik agar wanita untuk berprestasi, dan tidak menyia-nyiakan waktu mudanya. (RES)