OLE, Jakarta – Penolakan dini terkait “pasal aneh” pada rancangan Statuta PSSI DKI Jakarta 2022, disampaikan oleh Taufik Jursal Effendi, CEO Persija Barat FC, salah satu pemilik suara pada Kongres Asprov PSSI DKI.
Kenapa rancangan statuta level provinsi itu bisa jadi isu besar? Berikut wawancara Pemimpin Redaksi OLE, Sigit Nugroho dengan Taufik, tokoh bola nasional yang juga menjabat Direktur Eksekutif EDF La Liga Spanyol untuk Indonesia. Wawancara berlangsung dalam beberapa pertemuan, Maret dan April 2022.
Sigit: Anda telah melayangkan penolakan rancangan Statuta PSSI DKI Jakarta 2022. Pada bagian mana yang Anda kritisi?
Taufik: Benar, kami menolak rancangan statuta yang diposting Sekjen Asprov PSSI DKI, khususnya Pasal 38 ayat 5, terkait batasan usia Calon Ketua/Komite Eksekutif.
Maksudnya, Asprov PSSI DKI membuat aturan sendiri tentang batas usia bagi Calon Ketua/Komite Eksekutif?
Ya, begitulah. Lazimnya, statuta Asprov merupakan turunan dari Statuta PSSI, yang juga turunan dari Statuta FIFA. Mereka bikin aturan sendiri, dengan tujuan tertentu demi menguntungkan kelompok sendiri. Bukan buat Asprov.
Mana pasal yang dilanggar?
Mereka bikin batasan usia Calon Ketua/Komite Eksekutif minimal 35 tahun dan maksimal 65 tahun dan harus telah aktif di sepakbola dalam koridor Asosiasi Provinsi PSSI DKI Jakarta sekurang-kurangnya 5 tahun. Kalau pasal itu dipakai, Joseph Blatter tak bisa jadi Presiden FIFA pada 2007 (masa jabatan presiden periode ke-3), saat usianya waktu itu 71 tahun.
Nyatanya, bukankah Sepp Blatter terpilih, meski akhirnya tersandung kasus lain, tapi bukan terkait usia?
Nah, itu fakta. Itu sesuai statuta FIFA. Setahu saya, terkait standar fisik, batasan yang dipakai adalah rekam medik alias kondisi kesehatan. Utamanya, kapabilitas.
Apakah batasan usia ala Statuta Asprov PSSI DKI punya tujuan khusus?
Memang kesana arahnya, untuk menjegal Calon Ketua/Komite Eksekutif lain yang mau maju, agar ketua terdahulu atau incumbent bisa terpilih lagi.
Memangnya Anda membaca adanya rasa kurang percaya diri pihak incumbent untuk bersaing secara sehat di Kongres?
Faktanya mereka bikin atau mengubah pasal soal usia, karena Calon Ketua baru punya banyak kelebihan. Di pihak lain, incumbent telah gagal memutar roda kompetisi internal Asprov, dan gagal meloloskan tim DKI ke PON Papua, padahal dalam fase kualifikasi bertindak sebagai tuan rumah.
Apa modal Calon Ketua baru yang menurut Anda telah membuat lawan harus memakai segala cara untuk menutup peluang pesaing?
Saya kira modal dukungan 22 voter (dari total 30 voter), jadi salah satu jawaban. Selain itu, Calon Ketua baru ini visioner, kuat dalam berorganisasi, dan punya jaringan luas di dewan (DPRD), pemerintahan, maupun swasta. Jam terbang beliau cukup dan telah teruji.
Ada contoh konkret?
Sebagai ilustrasi kecil, selama ini kantor Asprov PSSI DKI numpang di salah satu ruang di Stadion Ciracas. Nah, Calon Ketua sudah menyiapkan lahan 5000 m2 di Jaktim untuk dibangun Gedung Asprov PSSI DKI.
Tapi apakah dia juga bisa menjanjikan kompetisi yang sehat di semua kelompok usia?
Sudah ada calon tim pengelola kompetisi di segala usia. Beberapa sponsor bahkan sudah menyatakan akan support Liga DKI di bawah kepemimpinan Calon Ketua baru.
Apa kuncinya dia bisa memiliki akses sedemikian kuat?
Ini soal pengalaman, relasi, reputasi, dan trust, kepercayaan. Beliau juga pastikan, soal sponsorship akan open. Tak ada sembunyi-sembunyi, hanya diketahui lingkungan pejabat tertentu, seperti pernah terjadi.
Dalam rancangan Statuta Asprov PSSI DKI yang diterima redaksi, juga ada pasal terkait pendaftaran klub baru sebesar Rp 200 juta. Wajarkah?
Level Asprov kan pembinaan. Orang Medan bilang, Asprov janganlah kayak vampir, menghisap darah klub. Mending perkuat aspek standar klub seperti lapangan, lisensi pelatih dll. Dari sini saja kita lihat tim penyusun statuta mereka, kurang kapabel.
Apa pesan Anda terkait Kongres Asprov PSSI DKI?
Mari kita ikuti regulasi dan statuta standar PSSI dan FIFA. Jangan memaksakan aturan hanya untuk menjegal lawan. Mari bertarung secara sehat di Kongres. Toh kita semua tahu, masa bakti pengurus lama sudah lewat. Harusnya demisioner dan bikin LPJ. Bukan malah memaksakan diri. Ingat, ini semua demi prestasi sepak bola DKI, dan negeri tercinta ini. Bukan kepentingan kelompok, apalagi pribadi.